My Much Love *cerpen*

Siapa? Kenapa? Bagaimana? Seperti ini...

Dia seorang murid disebuah sekolah. Dia ramah, ceria, baik, perhatia, sekalipun terkadang dia bisa berubah drastis menjadi jutek, cuek, dan pemarah. Hanya terkadang loh ya! Hanya saat sebuah situasi menekannya seperti itu. Tepatnya situasi hati.

Namanya Ify, lengkapnya Audify Dalyssa. Dan yang peling lengkap yaitu Audify Dalyssa Amouria Flowa Nagita Devis. Benar, dia dari keluarga besar Devis. Putri kedua Mr. Harry Devis. Seorang guru besar ternama di kota tersebut.

Keluarga Devis hidup layaknya keluarga yang lain. Tidak begitu istimewa untuk diceritakan.

Tempat Ify menempuh pendidikan merupakan sebuah tempat yang sedikit istimewa. Sekolah tersebut berada cukup jauh dari rumah Ify, tepatnya jauh dari keramaian sebuah perumahan. Semua siswanya diasrama. Namun siswa yang bersekolah juga bukan siswa sembarangan. Masing - masing dari mereka mempunyai kelebihan yang lebih unggul dari yang lain. Semuanya menyadari bakat mereka kecuali Ify.
'Berfikir seribu kali pun tak ketemu' begitu pendapat Ify saat mencoba mencari tahu alasan dia bersekolah di sekolah istimewa tersebut. 'Sekalipun anak seorang seperti ayah' batin Ify.

Ify berada di sebuah kelas yang cukup bagus. Kelas ZN. Kelas favourite Dewan Sekolah. Salah satunya Madamme Hannah, wakil kepala sekolah.

Susah duka berada di kawasan seperti itu pun segera Ify alami. Mulai dari keharusan berdisiplin (jika tidak bisa keteteran), berhemat, sampai berjaga. Yep.. Berjaga - jaga supaya hatinya tidak kelayapan.

Entah sejak kapan Ify merasa aneh mengenai nasib buruknya itu. Namun Ify selalu mengira itu karena dulu dia sering dinasihati oleh keluarganya untuk tidak membenci seseorang. *apa hubungannya ye* Ify mencoba membiasakan nasihat itu. Dia pun menjadi seseorang yang ceria dan terbuka.

Dia tidak membenci siapapun saat dia marah, itu hanya emosi sesaat. Namun, banyak yang tidak menghargai tindakannya. Dia pun dimanfaatkan. Hal tersebut membuatnya menjadi takut. Takut untuk mempercayai seseorang.


Ingat Madamme Hannah kan? Dia adalah seorang wakil kepala sekolah. Madamme Hannah merupakan orang yang cukup sering memperhatikan perkembangan murid – muridnya baik secara langsung maupun tidak. Madamme Hannah tersenyum melihat Ify yang berjalan uring-uringan menuju kelasnya. Madamme yakin, pasti ini masalah personal. “Maksudnya… masalah anak muda. Haha..”

Madamme Hannah akhir-akhir ini sering memperhatikan Ify. Yang dia tahu, Ify sedang dilemma. Namun beliau bangga akan hal itu. Akan sikap Ify yang cukup hebat menekan dilemanya supaya tak mengusik kesehariannya. Dilema kenapa? Pada seseorang yang dapat dipercaya.

"Dia takut orang yang disukainya membuatnya sakit.." gumam Madamme.


Suatu ketika Madamme memanggil Ify keruangannya. Beliau merasa cukup kasihan juga pada Ify. Dia sangat berharap bisa sedikit membantu gadis itu dengan memanggilnya kemari. “Ada apa Madamme?”

“Apa kau punya masalah?” tanya Madamme langsung pada tujuannya. Ify terhenyak. Dia pun mencoba menghindar  untuk tidak bercerita. Namun Madamme begitu pintar membuatnya menyerah. Dia pun menceritakan semuanya pada Madamme. Anak muda… haha begitu pendapat Madamme setelah mendengar semua ceritanya.

Madamme tersenyum. “Kau menyukai mereka?” tanya Madamme seusai Ify bercerita. Ify pun tampak terkejut. “Ap.. appa? Ahaha.. bukan begitu, mereka hanya..”

“Seseorang yang membuatmu tertarik, huh?”

“Madamme… tapi, mereka tidaak—“

“Dari mana kau tahu? Apa kau sudah membedah* hatinya?” sahut Madamme. Ify semakin gugup. “Tapi Madamme—“

“Hahaha… Aku juga pernah muda, Ify Da Devis”

Ify hanya diam. “Dengar, tidak usah kau pikirkan kau mau suka yang mana… Terlebih kau tidak tahu perasaan mereka.”

“Aku tahu Madamme, mereka tidak menyu—“

“Kalau begitu diam… Biar saja mereka tidak tahu, toh belum waktunya untuk kamu katakan,” sahut Madamme lagi. Ify menunduk.

“Dengar, Jika hatimu memang belum bisa untuk menetap, biarkan dia (hatimu). Yakinlah dia akan menemukan rumahnya sendiri. Jangan hentikan dan salahkan kalau dia menebarkan kebahagiaan. Berkelana itu membosankan kau tahu?”

“ Lagi, Jangan turunkan barang bawaanmu, Kapal belum berlabuh.. Biarkan samudera menemanimu memilih... Sampai Waktunya Datang," Madame Hannah pun mengusap pucuk rambut Ify kemudian berlalu.

“Ah yah! Sambil menunggu tibanya waktu itu, akan lebih baik jika kau kumpulkan bintang sebanyak mungkin.. kemudian kau nyalakan semuanya dan buat mereka bersinar! Maka saat dia tiba, dia akan bahagia… Ibarat rumah, itu pasti akan sangat indah dan membuat si pemilik bahagia, Iya kan?” tutur Madamme Hannah sambil memegangi kenop pintu keluar. Mata Ify pun berbinar mendengar penuturan Madamme. Kemudian dia pun mengangguk dan tersenyum kepada Madamme.

“IYA! Terimakasih Madamme!”

Dan Madamme pun mengangguk. Dia melangkah menjauhi ruangannya dengan wajah sumringah. Dengan begini gadis itu akan selalu ingat mengenai tugasnya mengumpulkan dan menyalakan bintang itu saat dia kembali dilemma.



Ingat ya…. Sambil menunggu waktunya tiba, jangan lupa kumpulkan banyak bintang kemudian nyalakan! Maka akan sangat mengagumkan saat dia tiba.. Ibarat sebuah rumah baru, jika perabotnya sudah tersedia, juga kebersihannya terjaga, bukankah si calon pemilik akan bahagia saat dia tiba? :)
















End

Asli buatan sendiri. Sekedar iseng. Gak jelas maybe karena belum dikoreksi :D Oiya Story yang lain.... *belum tahu kapan*
Cerita ini hanya fiktif belaka, :)
See you next story
@wisikCandra

Komentar

Postingan Populer