baca n koment yah ..
ada yg suka detective conan nh aku bis serch google kren loh puisinya buat penggemar conan khususnya ai haibara ...
Sebuah Puisi
Story by: Queen of the Seven Seas
Malam
itu sangat sunyi. Bintang bintang bertebaran di langit, berkilauan
bagai permata. Rembulan tidak menampakkan wajahnya sedikitpun. Jauh di
bawah langit malam, seorang gadis sedang duduk di bangku taman
sendirian, tanpa ada seorangpun di sekitarnya. Gadis itu duduk sambil
menatap langit yang berhiaskan bintang. Ia memakai rok hitam selutut dan
jaket berwarna gelap.
Angin malam lalu bertiup dari sebelah
kanannya, membawa dingin yang menusuk tulang, menandakan musim dingin
akan segera tiba. Tapi gadis itu tidak peduli. Ia hanya merapatkan
jaketnya tanpa beranjak dari duduknya. Angin kembali bertiup,
menyibakkan rambut coklatnya. Tetap saja ia tak peduli. Angin tadi
hanyalah sebuah pengganggu kecil yang tidak begitu berpengaruh.
Lalu
tiba tiba, gadis itu melihat sekelilingnya. Itu adalah kali yang
pertama ia melakukannya sejak sekian lama ia memandang langit malam.
Gadis itu bersikap waspada sampai akhirnya ia kembali merilekskan
tubuhnya, tapi pandangannya tetap ia edarkan ke sekelilingnya.
Pandangannya terhenti sebentar untuk memandang pohon besar yang ada di
sebelah kirinya, lalu ke arah batu besar di sebelah pohon besar itu, dan
berakhir di air mancur kolam yang berada tepat di depan gadis itu.
Angin kembali berembus, namun tidak sedingin sebelumnya.
Gadis itu terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu.
Bintang
Banyak orang mengaguminya
Bersinar terang di kegelapan, seolah membawa kebahagian bagi yang terpuruk dalam kesuraman
Angin
Begitu bebas. Bisa pergi ke manapun ia mau tanpa ada yang menghalangi.
Tidak perlu memikirkan berbagai macam hal yang memberatkan hati, tak perlu merasa takut pada apapun
Pohon
Tubuh kokohnya berdiri tegak penuh wibawa
Walau hujan badai menerpa, ia tetap tegar di sana
Batu
Selalu kuat menghadapi apapun
Selalu memperlhatkan kekerasan luarnya walaupun ternyata dalamnya begitu rapuh
Air
Membawa kesejukan hati bagi orang yang menyentuhnya
Bergerak hanya mengikuti arus tanpa menentangnya, seperti manusia mengikuti takdirnya
Ingin aku seperti keempatnya
Gadis
itu lalu menghembuskan napas perlahan. Matanya tetap menatap lurus
kolam di depannya tanpa berkedip, lalu akhirnya kembali memandang langit
malam dengan rileks.
“Berani juga kau datang. Kukira kau akan
kabur,” terdengar suara seseorang dari dekat kolam. Gadis itu menoleh ke
sumber suara tersebut, tapi tetap rileks.
“Aku tidak akan lari dari takdirku sendiri,” Gadis itu akhirnya berbicara sambil menatap tajam lawan bicaranya itu.
“Berarti, kau sudah siap mati?” tanya orang tersebut. Tubuhnya tersembunyi di balik kegelapan.
“Huh,
aku sudah siap menghadapi takdirku sendiri. Perlihatkanlah sosokmu,
Gin.” Orang tersebut menurut. Ia berjalan mendekati gadis itu sehingga
wajahnya terlihat jelas. Laki laki itu mengenakan pakaian serba hitam.
Rambutnya yang pirang panjang tergerai. Kedua tangannya ia masukkan ke
dalam saku celananya. Wajahnya terlihat pintar dan juga kejam dengan
rokok dimulutnya. Gin.
“Wah wah wah... Kau sudah siap ya? Tapi
maaf, karena sekarang tidak ada salju sebagai pengiring kematianmu,” ia
berujar. Suaranya yang dingin membuat suasana menjadi lebih mencekam.
“Putih, warna favoritmu.”
Gadis berambut coklat itu tersenyum, “Terima kasih sudah mengingat warna favoritku itu.” Ia lalu membetulkan posisi duduknya.
“Sudah
siap untuk mati?” Gin merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sebuah
pistol berperedam dari dalamnya. Ia lalu mengarahkan pistol itu ke arah
gadis berambut coklat yang ada di hadapannya itu sambil tetap tersenyum.
“Selamat tinggal, Sherry...”
Gadis yang dipanggil Sherry itu hanya memejamkan matanya sambil tersenyum.
Walaupun aku terus mencoba, tetap saja tidak bisa
Aku tidaklah seperti bintang yang membawa kebahagiaan
Aku tidaklah seperti angin yang bebas
Aku tidaklah seperti pohon yang tegar
Aku tidaklah seperti batu yang kuat
Aku tidaklah seperti air yang membawa kesejukan
Karena aku adalah aku
Tak ada satupun persamaan dariku dengan bintang, angin, pohon, batu, dan air
Karena aku adalah aku
Aku hanyalah seorang gadis yang terbuang
Tak ada satu orangpun yang memerhatikanku
Karena aku adalah aku
Bukan siapa siapa
DOR
Satu
tembakan dilepaskan Gin dan pelurunya menghujam jantung gadis malang
itu. “Selamat tinggal, Sherry. Semoga kau bisa menyusul keluargamu...”
Tapi, ada 1 persamaan diriku dengan bintang, angin, pohon, batu, dan air
Selalu menutup mulut tentang kebenaran
Menyembunyikan suatu hal padahal tahu banyak hal
Hal yang selalu kututup-tutupi? Kenapa?
Alasannya tentu saja karena bila yang bersangkutan mengetahuinya,
Hatinya akan terluka
Aku tak ingin itu terjadi
Karena, aku mencintainya
Kudo Shinichi
Gadis itu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam perasaan damai.
Sherry/Miyano Shiho/Haibara Ai telah tiada. Nyawanya dicabut oleh dewa kematian bernama... Gin.
|
Add caption |
Tamat
Komentar
Posting Komentar